PERJUANGAN SANTRI
Matahari sedikit demi sedikit mulai menyinari pagi. Burung-burung menyapa seperti biasa. Angin pagi yang berhembus dengan lembut, mulai menerpa dedaunan yang berada di pohon. Satu dua anak mulai terlihat mengenakan seragam sekolah. Suasana pagi ini benar benar cerah.
Ledya seorang siswa yang duduk di bangku kelas VIII SMP Bhakti Nusantara, ia seorang santri di Pondok Pesantren Roudhotut Ta’lim yang bertempat di Kota Purworejo Jawa Tengah.
Sampai di depan sekolah Ledya telah di sambut oleh Bapak dan ibu guru yang sedang berjaga di depan pintu gerbang sekolah. Sebelum bergegas masuk ke halaman Ledya bersalaman dengan bapak dan ibu guru terlebih dahulu.
Mila dan Rany yang baru datang segera menghampiri Ledya yang baru masuk ke halaman. Tiba tiba dari belakang Ledya.
‘’Doorrrrr,” Ledya tersentak kaget.
‘’E....copot. hih..Mila Rany kalian ini ngapain sih.’’
‘’Hahaha, habis kamu sih dari depan pintu gerbang sampai halaman sekolah kayak gak tenang gitu. Emang ada apa sih.’’ Mila dan Rany tertawa terbahak-bahak karena melihat tingkah laku Ledya yang lucu.
‘’Kalian kan tahu kemarin sore jam 16.00 aku baru masuk ke pondok pesantren dan baru pertama kali juga aku menjadi santri. Aku sedih banget karena masih teringat rumah, ayah dan ibu. Coba dong kalian ngertiin perasaan ku,” Ledya menceritakan pengalamanya dengan sedih.
‘’Iya-iya, kita ngerti kok bagaimana perasaan kamu, kan tadi cuma bercanda biar bikin suasana jadi rame gitu.” Ledya mengajak Mila dan Rany ke kelas.
Sesampainya di kelas mereka bertiga telah di sambut oleh guru. Guru tersebut biasa di panggil Bu Aminah. Bu Aminah mengajar mata pelajaran PKN di sekolah dan ia juga seorang ustadzah di kota Purworejo. Bu Aminah di kenal sebagai seorang yang baik, ramah, dermawan dan penyabar. Ia menjadi salah satu guru favorit para siswa.
‘’Assalamualaikum, Bu Aminah.’’ Ledya Mila dan Rany merasa terkejut karena sudah ada Bu Aminah di dalam kelas.
‘’Waalaikumsalam, eh..ada nak Ledya Mila dan Rany. Silahkan duduk pelajaran akan dimulai.” Ledya, Mila, dan Rany segera bergegas ke tempat duduk mereka masing-masing.
Dari kelas VII sampai kelas VIII Ledya, Mila, dan Rany dikenal sebagai murid terpandai di SMP. Tidak heran lagi kalau Ledya, Mila, dan Rany menjadi salah satu siswa kesayangan bapak dan ibu guru.
‘’Oke..pelajaran kita kali ini materinya perjuangan santri untuk NKRI. Silahkan buka buku PKN kalian masing-masing.’’
‘’Bu Aminah, santri itu ikut berjuang, Bu. Berarti santri itu perang dong, Bu. Inikan udah merdeka kok berjuang,” celetuk Boni. Boni bingung karena mendengar penjelasan dari materi Bu Aminah.
‘’Maksud dari materi Bu Aminah yaitu kalau kita mondok dan menjadi santri kita harus tekun, rajin, beristiqomah itu yang dinamakan perjuangan santri. Kegunaan santri untuk NKRI yaitu dapat memerangi orang-orang yang telah melakukan kemaksiatan. Coba kalau semisal di NKRI tidak ada seorang santri nanti apa yang akan terjadi, narkoba di mana-mana, korupsi dimana mana, mengaji bukan lagi menjadi hal yang penting, semua orang tidak ada yang mengerti tentang ilmu agama hanya tau tentang ilmu duniawi saja. Maka dari itu kegunaan santri di NKRI itu sangat di butuhkan karena membantu perjuangan para ulama-ulama di NKRI yang terlebih dahulu menyebarkan agama Islam’’.
Itu yang di namakan perjuangan santri untuk NKRI.
‘’Ledya mondoknya yang semangat, kamu di pondok itu sudah termasuk ikut berjuang untuk NKRI agar lebih baik lagi, ’’Bu Aminah mencoba memberi semangat kepada Ledya.
Kringggg...[bel istirahat telah berbunyi] seluruh siswa kelas VIII mulai meninggalkan kelas mereka masing-masing.
Ledya masih memikirkan tentang pertama kali dia di pondok. Dia masih merasakan kerinduan yang amat mendalam karena ingin bertemu dengan ayah dan ibu.
‘’Eh.., Ledya jangan murung terus dong. Udah deh ngga usah di bikin berat. Dijalani aja dulu. Lagian juga rumah kamu sama pondok pesantren kan lumayan dekat. Rumah kamu Magelang sementara pondok kamu di Purworejo.’’ Mila yang mencoba membuat hati Ledya tenang.
‘’Hih..., aku masih bingung tentang perkataan Bu Aminah tadi. Berarti aku ini kan mondok jadi aku termasuk ikut berjuang untuk NKRI dong,’’Ledya masih bingung akan perkataan Bu Aminah tadi.
‘’Ya gitu deh. Wah teman kita ada yang akan menjadi santri untuk NKRI, pas banget sama materi yang tadi,” celetuk Mila sambil bercanda.
Sesampai di kantin sekolah mereka bertiga mulai bercanda.
Jam 10.00 wakltu istirahat sudah selesai. Murid-murid kelas VIII masuk ke kelas mereka masing-masing. Hari ini Senin semua siswa di pulangkan lebih awal karena semua guru akan mengikuti rapat di kecamatan.
Ledya pulang ke pondok pesantren dengan suasana hati yang sedih. Pada pukul 15.00 sore di pondok akan diadakan pengajian para santri bersama Ibu Nyai.
Sekarang sudah jam 15.00 sore pengajian akan segera di mulai seluruh santri telah berada di aula, termasuk Ledya yang sudah di aula mulai dari jam 14.30 sore tadi.
‘’Hih..,kenapa sih harus ada pengajian segala kan aku lagi badmood.’’ Tidak sengaja Ledya bilang seperti itu dan terdengar oleh salah satu pengurus pondok. Tetapi pengurus itu hanya tersenyum dan diam karena mendengar perkataan Ledya.
Ibu Nyai telah masuk ke aula.
‘’Assalamualaikum wr wb. Santri-santri yang saya sayangi dan saya banggakan. Semoga kalian semua mendapat ridho dari Allah swt atas semangat kalian dalam menuntut ilmu.’’
‘’Amin..’’.seluruh santri menjawabnya dengan serentak.
‘’Santri-santri ku yang saya sayangi. Kalian semua di sini dituntut belajar, mengaji dengan sungguh-sungguh. Jadi kalian semua itu seorang santri yang berjuang untuk NKRI. Seorang santri itu sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan NKRI. Kalau semisal di NKRI kita tidak ada para ulama dan santri apa yang akan terjadi di negara kita. Tidak ada satu orang pun yang menyebarkan agama Islam di NKRI dan tidak ada juga yang akan meneruskan perjuangan para ulama. Kalian semua di sini mondok harus sabar dan tawakal. Suatu saat nanti kalian setelah menjadi santri di sini kalian akan berguna bagi masyarakat dan NKRI. Yang betah ya kalian di sini semoga kalian semua mendapatkan barokah dari Allah swt. dan berguna bagi masyarakat.”
Sekarang sudah jam 17.00 pengajian telah selesai dan semua santri keluar dari aula.
‘’Oh...,jadi aku mondok disini aku ambil hikmahnya saja mungkin kesedihanku saat mondok akan berguna di kemudian hari,mungkin saat ini aku masih teringat dengan orang tua dan lainya tapi itu semua hanya bersifat duniawi yang hanya berguna untuk sementara.” Ledya mulai menyimpulkan menjadi santri yang berjuang untuk NKRI.
By : Zahra Firda Amalia Kelas 7C